Sabtu, 23 Agustus 2014

Mungkin

Warna kulitku sengaja dibuat gelap seperti ini, karena jodohku menyukainya.
Bentuk wajahku bulat seperti ini, karena jodohku menyukainya.
Kekonyolanku tidak bisa hilang, karena jodohku pernah jatuh cinta karenanya.
Mungkin,
Warna bola mataku sengaja dibuat Tuhan seperti ini, karena jodohku senang memerhatikannya saat aku dengan begitu antusias jika bercerita.
Bibirku sengaja dibuat sedikit tebal, karena jodohku senang menciumnya.
Jerawat dan kulit wajahku yang tidak mulus ini, adalah cara Tuhan menunjukkan bahwa jodohku menerimaku apa adanya.
Mungkin, mungkin, mungkin..
sedemikian tidak sempurnanya aku, memang dirancang Tuhan sedemikian rupa untuk memberi tahu bahwa ada jodohku yang lebih dulu diciptakannya untuk menyeimbangkan juga melengkapiku. Seutuhnya.


SELAMAT, MAAF, dan TERIMA KASIH

“Aku pernah menyukaimu secara sederhana, layaknya embun pagi yang merelakan butirannya hilang disapa matahari. Seperti aku yang tersenyum saat pertama namaku terasa hangat kau sebut.
Aku pernah menginginkanmu secara sederhana, layaknya buliran keringat ayah demi mewujudkan mimpi sepatu anak perempuannya. Seperti tanganku yang terangkat, jauh sebelum tangan kita menjabat; berdoa untuk sosok seperti kamu.”
“Hari yang aku takutkan adalah hari dimana kamu tak menginginkanku lagi
Hari yang aku takutkan adalah hari dimana kamu tak memedulikanku lagi
Hari yang aku takutkan adalah hari dimana kamu tidak takut kehilanganku lagi”

Hari ini, Sabtu 23 Agustus 2014 menjadi peristiwa besar bagi seseorang berinisial ‘A’ ( ciee.. inisial! ). Laki-laki bongsor itu akan memulai kehidupan baru dan berstatus sebagai ‘suami’.

SELAMAT! Selamat! Selamat! Selamat, man!

Tentang semua yang terjadi padamu, sungguh aku ikut bahagia. Tentang berita pertunangan, pun tatkala undangan pernikahanmu sampai di depan rumahku, bahagiaku benar-benar tak bisa ku bendung. Hehehehe. Mempersiapkan segalanya dengan sempurna harus aku lakukan, karena tampil sempurna di pesta pernikahanmu adalah tujuan.

But, hey, aku lupa, bahwa sejatinya sempurna hanya milik Yang Kuasa. Dia yang dengan sekejap mata bisa membuyarkan rencana menjadi semacam aral. Jadi seperti ini, H-7 pernikahanmu aku masih bahagia akan menyambutnya. H-4 pernikahanmu, aku memikirkan baju apa yang akan kukenakan dan kado apa yang harus kuberikan. Tapi, rencana memang hanya rencana. H-2 yang seharusnya aku hunting baju dan kado, H-2 yang seharusnya partner kondanganku bisa datang dan nemenin, semuanya gagal, nggak bisa. Rupanya rencana dan hatiku tak bisa berkompromi lagi. Dia seperti meronta, merintih, dan menangis ketika melihat sepucuk undangan yang bertengger di atas meja belajar. Fiuh, what’s up, girl?

=================/ /==================

Singkat cerita, laki-laki berinisial ‘A’ ini pernah menjadi orang yang amat special di hati saya. Ya Rabbi, it was almost 8 years he had been my first love. Dan rasanya saat itu aku nggak punya kuasa buat ngasih tau semua yang aku rasain. Jadi, kita berdua maen-maen bareng, di sekolah dan di rumah ketemu. Tiap sore sengaja jalan-jalan naik sepeda atau motor dan dengan sengaja lewat depan rumah dia, and he did it, too. Aku pikir, tanpa aku jujur tentang semuanya, dia udah tau. Jaman-jaman kuliah pun, kita masih maen bareng, sms’an sampe tangan keriting. Karena kita merantau di kota yang sama, jadi kadang dia maen ke rumah, jemput, trus jalan ntah kemana. Without telling him my feeling, I knew he knew. I didn’t even care bout his feeling.

Sebelumnya aku tahu bahwa semua ini akan terjadi. Bahwa aku akan diabaikan, bahwa aku akan ditinggalkan dan terlupakan. Jadi tanpa mengucap cinta atau pun janji, dia pergi ntah kemana dan kenapa. Untuk selalu positive thinking adalah sesuatu yang selalu aku upayakan. Dan yes pikirku dia mau konsentrasi sama sekolah biar cepet lulus lalu kerja. Tapi kabar dia udah punya pacar adalah kabar yang pertama kali aku dengar. Sakitnya tuh... #hmm

Hari demi hari, tahun demi tahun, akhirnya kita udah nggak berhubungan lagi. Sama sekali. Dia bahagia sama pacarnya, aku pun merangkai hari-hari penuh dengan keceriaan bersama pasanganku. Tapi melupakan tidak semudah seperti mengatakannya. Suatu ketika aku bertemu, berpapasan atau melihat sekilas si laki-laki berinisial ‘A’ ini, kadang-kadang jantungku masih aja dag-dig-dug nggak karuan. Entah. Padahal, aku sangat yakin seratus persen bahwa aku sudah tidak menyisihkan sedikit pun rasa sayangku buat dia. Sungguh.

Iya, terus ini kenapa?

Jantungku masih saja berdetak kencang saat sosoknya ada di sekitarku...


=================/ /==================


Aku berkata pada diriku sendiri bahwa kelak di resepsi pernikahannya aku harus menggandeng pacar sebagai partner kondangan. Biar nanti saat resepsi aku ada pegangan. Biar mataku nggak berkaca-kaca. Setidaknya, biar aku nggak melakukan hal-hal yang nggak diinginkan di tempat resepsi. Mecahin piring atau gelas, misalnya. Partner kondanganku adalah penguatku. Iya. Iyain aja.

Sebenernya aku bisa aja dateng sama Olis, salaman sama pengantin, ngasih selamat, makan-makan, dll. Ya Allah, tapi aku nggak bisa bayangin gimana ekspresi wajahku nanti. Gimana nanti Olis Celvi bakal ngejekin aku dari pulang resepsi sampai rumah, sampai besok besoknya lagi. Iya kalau misal aku bisa tegar, kalau nanti aku nangis di tempat resepsi gimana. Kalau air mataku jatuh sendiri gimana. Aku bayanginnya aja udah nggak kuat. Ya Allah semoga semua itu tidak terjadi, aamiin. L

Dan H-3 si pacar dengan entengnya dan tanpa rasa bersalah membatalkan rencana yang sudah aku minta dia untuk mengusahakan dari sebulan lalu. Rasanya campur aduk. Mataku berkaca-kaca lagi. Aku nggak tau... L

H-2 rencana dan hatiku jadi berantakan. Aku nggak bisa mikir lagi tentang baju ataupun kado. Aku mikirin siapa yang bisa jadi partner di resepsinya dia. H-1 resepsi bikin hati dan pikiran nggak karuan. Malam kemarin nggak bisa tidur, malam ini pun juga. Finally, aku menemukan beb Yuda, yang mau jadi partnerku di resepsi nanti. Alhamdulillah. J


                                 =================/ /==================


SELAMAT ya ndud, si laki-laki berinisial ‘A’! Akhirnya kamu menemukan paket lengkap dari Tuhan, untuk tumbuh, menua bersama... dan saling melengkapi selamanya. Sakinah mawaddah warahmah. Barakallah, aamiin.

MAAF ya beb Yud, kali ini bakal ngerepotin kamu. Oh okay, udah sering banget kita ngerepotin. But you will always be there #eeaaa. Aku nggak tau apa yang bakal terjadi di resepsi nanti. Segala kemungkinan baik dan buruk udah aku pikirkan (lebay). Aku mohon saat resepsi nanti, kakimu nggak pernah sedikitpun jauh dari bayanganku, beb. Nggak peduli apa kata orang, kamu harus tetep ada di sampingku saat resepsi. I think this is what people called ‘kerempongan dan keribetan perempuan’, sampai terkadang hal-hal yang belum tentu terjadi pun mereka khawatirkan. Maaf beb, untuk aku yang selalu lebay.J

TERIMA KASIH laki-laki berinisial ‘A’ karena sudah hadir dalam hidupku. Yang membuatku belajar bahwa semua yang terjadi tak selalu sesuai dengan apa yang kita inginkan. Bahwa mencintai seseorang bukan berarti juga harus memilikinya, dan aku akan selalu belajar untuk ikhlas dan mengikhlaskan.

TERIMA KASIH beb Yud, karena telah bersedia menjadi partner kondanganku untuk dua kali resepsi ini. Partnerku penguatku, uyeeee! Terima kasih karena selalu menolong dan selalu ada, beb.J
LET’S ROCK THE PARTY! \m/

Bismillahirrahmanirrahiim!